Saturday, May 23, 2009

Kapal Kertas

Date: May 1999

Sempat pada tulisan saya yang lalu (Re: Islam Agamaku), saya menyinggung kejadian Adam. Dapat disimpulkan di situ bahwa dia bukan manusia pertama, melainkan manusia pertama yang mampu membuktikan ajaran tuhan dengan pembentukan kehidupan sosial seindah taman. Termasuk di dalamnya pembuktian setaranya kaum feminin (gambaran: tulang rusuk). Cerita ini sempat diteruskan di Quran dengan terjerumusnya Adam dan masyarakatnya dalam menghadapi tantangan kehidupan mereka (gambaran: makan buah kuldi). Adam sadar tentang ini dan menjadi sangat malu (gambaran: telanjang) sehingga dia sanggup merombak diri dan masyarakatnya kembali.

Ajaran tuhan tetap konsisten dari Adam sampai ke Muhamad. Namun sejarah belum mampu menelusuri sejauh itu. Anda tahu, demi mempertahankan kekuasaannya, manusia sudi berbuat apapun, hal seperti menggelapkan informasi atau sejarah sudah sangat lumrah sekali, tidak hanya Suharto saja yang bisa berbuat seperti itu.

Sejauh yang bisa saya ketahui, Romawi berperan besar dalam merusak Kristen. Pada tahap awal, Romawi memerangi orang Kristen. Sangat banyak darah mengalir, namun mereka tidak berhasil menghancurkan Kristen. Kenapa? Karena Kristen adalah sebuah ide. Seperti energi, ide tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Pol Pot pun pernah mencoba hal serupa.

Romawi mengubah taktik dengan merangkul Kristen. Tidak hanya merangkul sebenarnya. Melalui konsili-konsili yang disponsorinya, diterbitkan doktrin-doktrin pemecah belah umat Kristen, seperti Trinitas (jargon yang tidak disebut dalam Injil sendiri). Romawi adalah sambungan alam pikir Yunani. Yunani persudut pandang memanusiakan tuhan (anthropomorphic), dan mereka adalah hedonis tulen. Mereka akan berusaha keras mencari kesempatan untuk berpesta pora. Beberapa tanggal pesta mereka, berhasil mereka jubahi dengan warna Kristen, misalnya Natal.

Romawi berhasil mengubah sudut pandang dari 'mempelajari ajaran tuhan' menjadi 'mempelajari tuhan' melalui proses Helenisasi di atas. Sudut pandang mempelajari tuhan adalah fatal. Manusia hanya dibekali akal untuk mengambil keputusan untuk memilih jalan kehidupan (gambaran: kejadian Adam). Sedangkan akal tidak akan mampu mendefinisikan tuhan. Tuhan hanya bisa didefinisikan dengan kepercayaan dan keyakinan yang super dalam, dengan kata lain, logika tidak bekerja. Hasil dari pembengkokan sudut pandang ini adalah mistik. Mulailah manusia membaca dengan harfiah.

Mengapa Romawi tega melakukan itu? Sebabnya ya sama kenapa rejim Suharto hampir memasukkan ke dalam kurikulum SD bahwa PRD itu PKI. Tidak lain adalah untuk mempertahankan kekuasaan.

Sudut pandang yang saya anggap ngawur ini sangat menguntungkan penguasa. Bila masyarakat tidak memakai logika lagi, cukup dinina-bobokkan dengan segala mukjizat luar biasa para nabi, atau Pancasila (sakti) kalau perlu. Kalau masih belum mau tidur, ya dibedil saja. Jadi masyarakat dibiasakan untuk tidak berfikir. Untuk berfikir, dibayangi neraka tempat orang musyrik.

Romawi dengan konsep feodal dan kapitalisnya mengakar dalam budaya Barat. Setelah jaman kegelapan Eropa berakhir, Eropa mulai melakukan kolonialismenya. Untuk melunakkan tujuan merka, ya dibungkus Kristen. Dengan ini, hampir seluruh muka bumi habis dijajahnya.

Dalam mejawab tantangan ini, maka Komunisme berkembang, hingga akhir perang dingin yang baru lalu. Bisa dilihat agama adalah benar-benar candu, dengan ini Komunis memerangi agama, untuk menggugah proletar agar bangkit melawan borjuis. Habislah dunia diganyang dua kuasa besar Barat dan Timur . Agama tidak perlu menjadi candu kalau pengikutnya tidak menggunakan sudut pandang yang salah.

Islampun tidak kalah jorok dalam hal ini. Kolonialisme Islam juga sama, hasilnya, Afrika utara, Eropa selatan, sampai Timur jauh digarapnya. Alasannya untuk dagang, tapi dengan pedang lebih populer. Quranpun diaduk-aduk hingga melahirkan: Fiqih, Tauhid, Tasawuf dsb. Orang dipaksa untuk memeluk Islam hanya karena dilahirkan Islam. Sehingga, contohnya di Malaysia, setiap Melayu mesti Islam, sehingga bisa digambarkan Islam itu identik Melayu. Ini jelas bertentangan dengan konsep universal Islam itu sendiri (rabbil-alamin: ajaran tuhan yang universal).

Beberapa bukti bahwa ajaran tuhan konsisten, mungkin bisa dilihat salah-satu pecahan Kristen: Orthodox. Dalam Orthodox, ada juga shalat (gerakannya amat mirip dengan Islam), puasa dan sebagainya. Konsep kaligrafinyapun demikian, hanya pecahan Katolik dan yang sejenisnya saja yang menggunakan ikon dan gambar. Bahkan, lebih jauh, Yahudipun, memiliki konsep shalat dengan gerak yang amat mirip pula.

Nah sekarang yang salah siapa? Al-Fatihah pun ada yang dalam bentuk Ibrani. Apa nyana, terjemahannyapun tidak beda dengan milik Islam sekarang. Kalau Islam memang benar ajaran penyelamat, mana hasilnya? Islam bisa berapologetik dengan yang lain, karena umatnya tidur. Kalau ada yang bangun, mereka bakal bakar gereja, bikin bom atom, dsb. Jelas yang salah adalah bagunnya Islam dengan sudut pandang membaca Quran yang salah. Bahkan itu terjadi seketika meninggalnya Muhamad.

Muhamad adalah seorang saudagar berhasil yang sangat jenius. Mengapa dia harus dikorbankan sebagai orang yang buta huruf hanya untuk membuktikan bahwa ajaran yang disampaikannya berasal dari Tuhan? Tidakkah kita bisa dibilang buta huruf juga dengan teknik baca harfiah kita? Bisa diteliti lagi siapa yang mengecek dan menandatangani perjanjian Yathrib.

Orang selalu menyimpulkan jamannya Muhamad itu orang sangat primitif sekali. Terlalu banyak hadis yang menyudutkan kita, hanya karena dikutip dari nama-nama ulama besar. Hadis harus tetap di bawah Quran. Untuk melihat keaslian Hadis, harus dikembalikan lagi ke Quran, apakah sejalan dengan maksud Quran. Bukannya malah membaca Quran dengan Hadis. Kalau terbalik begini, bisa terjadi konspirasi. Orang yang bermaksud negatif, bisa saja mengklaim suatu kalimat destruktif datang dari ulama canggih dsb. Tentu hal ini akan sangat menyudutkan kita sendiri. Contohnya: Quran digambarkan disusun puluhan tahun setelah meninggalnya Muhamad dari pelepah kurma, tulang dan benda-benda menyedihkan lainnya. Kalau makam saja bisa dilapisi emas, kenapa Quran tidak ditulis saja di lempengan emas sekalian? Bukankah katanya Quran sangat mulia? Papyrus saja sudah ada 2000 tahun sebelum Muhamad (kalau mengabaikan jatuhnya Mesir). Bisa ditarik kesimpulan kodefikasi Quran itu sendiri disusun oleh Muhamad, begitu dia mendapatkan inspirasi melalui energi Jibril.

Tujuan Muhamad menyampaikan ajaran bukan untuk membatalkan yang sudah ada, melain memperkukuh ajaran sebelumnya. Coba lihat baik-baik, bisakah kita berkesimpulan kecil bahwa semua agama di dunia ini bertujuan baik? Namun, bukankah semua agama di dunia ini tidak ada yang mampu membenahi kekacauan di dunia ini? Tuhan telah mati, kita semualah pembunuhnya.

Buat yang tersinggung dengan matinya tuhan. Roh adalah energi hidup, akal, atau ide. Badan akan mati tanpa roh. Karya seni akan mati bila pesan yang ingin disampaikan tidak bisa diterima, atau memang tidak ada pesan apapun. Kenapa saya pindah ke karya seni pula ini? Karena sastera sangat dekat dengan filosofi. Seni adalah pengekspresian estetika tentang abstraksi jalan berfikir. Maka, bila budaya yang kita anut tidak sejalan dengan ajaran tuhan, maka ide tuhan tidak berada dalam budaya kita.

Budaya yang disebut Islam sekarang bersifat menakut-nakuti orang. Orang berbuat baik karena iming-iming pahala, menghindar berbuat jahat karena menghindari dosa. Logika fiqih ini benar-benar menghancurkan kita. Contoh: seorang koruptor, setelah melakukan 'kecil-kecilan' selama belasan tahun mulai sadar kerusakan yang dibuatnya dan merasa bersalah. Dia minta ampun pada tuhan dan lalu bersedekah. Ia bersedekah dengan logika besarnya satuan dosa pahala barusan. Bukankah dia mestinya menghentikan kebiasaan korupsinya dan berusaha memperbaiki apa yang telah dirusaknya dengan mengembalikan apa yang telah dia curi? Bukannya malah jadi sok suci buka yayasan ini-itu yang kononnya malah membantu rakyat.

Kenapa Islam gagal? Ya karena kita sudah terperangkap dengan sudut pandang yang menghancurkan kita semua.

Percuma bersikukuh dengan keaslian text ini itu. Bisa dilihat sendiri dengan logika, mana yang menyampaikan ajaran tuhan. Quran sendiri keluar pertama kali dari mulut Muhamad, walaupun dia mengklaim, bukan dia sendiri yang mengarangnya. Ya ini sikap yang baik, bukan seperti saintis, para pelacur ilmu. Dengan senang hati mereka mengklaim penemuan mereka.

Muhamad mengklaim Quran diciptakan tuhan, disampaikan melalui Jibril. Tapi Muhamad tidak bermaksud memperkenalkan tuhannya pada kita. Muhamad hanya bermaksud memperkenalkan ajaran tuhannya kepada manusia dengan membuktikannya pada dunia bahwa dalam siklus kehidupannya, ajaran tuhan bukannya mustahil untuk dimanifestasikan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mauhamad hanya seorang diri, sebagai sampel, sekedar contoh. Massal manusia ini yang diminta untuk menirunya. Bagaimana mungkin kita membentuk sebuah masyarakat, bila individu di dalam masyarakat belum setuju untuk berpartisipasi.

Umumnya orang sibuk membandingkan agamanya dengan agama yang lain karena didorong oleh intelektual arogansi mereka, bukan karena mencari solusi kehidupan yang tepat. Menilai agama sendiri dengan keyakinan mutlak, sedangkan melihat agama lain dengan logika berfilter agama sendiri. Ini tidak lebih ya hanya baik untuk menghancurkan masyarakat yang heterogen seperti kita ini. Kita masing-masing harus kembali ke kitab kita masing-masing dan mulai belajar kembali darinya. Dengan meminjam sudut pandang yang saya tawarkan ini, tentu dapat membantu menggali maksud yang ingin disampaikan ayat-ayat dalam kitab kita masing-masing.

Contoh kecil arogansi intelektual. Quran menyebutkan kemampuan tuhan melihat prilaku manusia walau sekecil atom. Luar biasa ini, kalau atom saja sudah diketahui, berarti Islam itu canggih. Bila dilihat dari sudut ini, kelihatan hanya keyakinan kepada tuhan terpupuk, kebanggaan terhadap Islam terpupuk dan mulai menyipitkan mata pada ajaran lain. Maksud ayat barusan, menerangkan bahwa ajaran tuhan membimbing umatnya agar peka pada perbuatan mereka, walau sekecil apapun. Karena justru kesalahan kecil yang biasanya diabaikan ini yang bisa mengalahkan kesalahan besar apapun. Dengan menganggap kecilnya kesalahan, akan ada toleransi untuk mengulanginya, berkali-kali. Toh nanti dosanya bisa diampuni dengan ibadat puasa atau sejenisnya. Tidak apa-apalah, nanti bisa tobat. Namun apa nyana, perbuatan kecil yang telah menjelma menjadi kebiasaan dan bagian dari budaya. Merombak budaya adalah masalah paling rumit. Maka berhentilah melihat besar-kecilnya kesalahan. Salah tetap salah, terlintas di fikiranpun harus segera diperangi.

Sebelum berakhir. Orang masih meributkan kitab Barnabas. Karena isinya menguntungkan Islam, maka diklaim Injil itu perlu belasan abad untuk disusun. Dengan meminjam logika Kristen yang ada, jelas kitab ini tidak asli. Apalagi ditambah lucunya kisah ditemukannya kitab itu sendiri tertulis didalamnya. Ada juga kesalahan geografis dan lain sebagainya. Saya harap kitab ini tidak perlu lagi jadi bahan orang Islam untuk bertempur bunuh diri, sangat memalukan.

Tetap saya menghimbau para netter untuk mengkritik gagasan-gagasan pedas saya.