Saturday, May 23, 2009

Sekularitas

Date: Tue, 20 Jul 1999 00:46:16 GMT

Pemisahan, itu pemahaman kita. Pembentukan negara sekular atau non-sekular, sebagai pertanyaan. Alternatif yang banyak disinggung belakangan, dua kubu saling baku-hantam. Mengapa bisa begini? Sadarkah mereka apa sebenarnya yang pertengkarkan? 

Sekular sepertinya menjanjikan kerukunan beragama. Negara yang tidak sekular adalah bangsanya negara Islam, negara anarki.

Pemisahan antara hubungan vertikal dan horizontal yang biasa didengungkan, berdasarkan pandangan manusia yang membedakan alam nyata dan alam maya, tidak jauh dari seperti yang disinggung dalam allegori Gua si Plato.

Perbedaan muncul dengan tajam bila, pembuktian pengamatan manusia terhadap alam ternyata banyak bercanggah dengan apa yang dinyatakan oleh kitab suci.

Kitab suci dengan segala intrepetasinya yang literal menelurkan gagasan adanya tuhan yang perlu disembah dan mendongengkan berbagai kejadian yang tidak masuk akal. Apa nyana, untuk memerintah suatu negara, yang nyata-nyata berada di alam 'fana' ini, diperlukan keputusan yang logis.

Kebangkitan pola pikir ini, sempat ngetop sejak jaman Romawi, dan bisa sejauh-jauh sebelumnya. Romawi dalam usaha pembentukan emporiumnya, menilai perkembangan Kristen sebagai kerikil di dalam sandalnya. Pemisahan adalah kompromi. Degradasi, penghancuran dan pemecah-belahan ajaran Kristen bermula dari sini. Tuhan diletakkan di singgasananya yang jauh nun si syurga, beserta bidadari-bidadarinya. Kerajaan manusia cukup diatur di senat.

Beberapa aturan dibuat bagi gereja supaya kelihatan bergigi, seperti dilarangnya agen raja masuk gereja buat mencari kriminal atau musuh politik yang bersuaka. Selebihnya, hanya untuk penghuni kerajaan tuhan saja. Seperti di filem kartun Walt Disney's Hunchback from the Notre Dame saja. Namun, kehidupan nyata di Indonesia lebih parah, tentara bisa membunuh puluhan orang biasa di dalam mesjid, ingat Priok.

Sekularisme harus dipahami sebagai pemisahan pahaman tentang dua dunia. Di ruang waktu yang kita lalui bersama ini, begitu hebatnya pemisahan ini. Sehingga orang yang mengganggap dirinya religius, merasa terobligasi untuk berbuat baik, karena dijanjikan tempat yang indah setelah matinya. Begitu pula konsekwensi kejahatan, akan setimpal pula, lagi-lagi, setelah mati.

Sekularisme jenis ini yang sangat berbahaya. Alternatif kehidupan ini dilaknat Quran dalam bentuk sarkasme, dilarangnya memakan binatang yang hidup di dua alam. Apa nyana, orang Islam malah jadi jijik pada masyarakat pemakan kodok.

Pahaman sekularisme yang beredar sekarang tidak lain adalah usaha untuk melarikan diri dari tanggung jawab menjunjung tinggi nilai moral dalam ajaran tuhan. Segala keperluan kehidupan massal manusia diletakkan jauh di bawah kepentingan perut dan di bawah perut para politikus dan konglomerat yang saling baku hantam antar sesamanya. Hukum rimba seperti ini hanya akan membentuk peradaban monyet. Sosial piramid yang kian tinggi dan meruncing.

Sekular berarti terpmeliharanya sekelompok besar orang yang beragama mistik. Ini penting sebagai alat politik. Orang yang sudah terkena candu begini, mudah sekali percaya dengan propaganda tersembunyi. Ini karena rasio sudah tidak biasa digunakan. Karena sudah terbiasa dengan doktrin pemujaan kepada yang di atas (penguasa, tuhan, memedi dsb). Mudah terpengaruh. Ambon, yang luar biasa tenteram Islam-Kristen puluhannya tahun bisa hancur lebur begitu memangnya kenapa? 

Sementara, pengertian tidak-sekular yang beredar sekarang lebih berbahaya. Kita akan memahami tuhan dengan pendekatan anthropomorfik (tuhan bersifat seperti manusia, bisa marah, senang, melihat, bercakap dsb.) yang mistis. Semua putaran kehidupan berdasarkan pemahaman harfiah bacaan kitab suci.

Sangat mengerikan dan tidak manusiawi. Manusia akan hidup dalam kepura-puran. Ikut-ikutan saja agar selamat. Rumah, bukan lagi tempat pendidikan awal, namun akan menjadi pusat pembebasan segala kebejatan. Lihat contohnya Arab Saudi. Di luar kerudungan, di dalam rumah, memperkosa TKW.

Tegasnya, paling tidak, dokumen yang namanya Quran, menentang sekularitas dalam arti menentang adanya pemisahan pahaman dua alam. Kita hidup hanya di dunia ini saja. Setelah mati, ada kehidupan atau tidak, lupakan. Tidak ada orang mati hidup lagi. Yesus menghidupkan orang mati, artinya memberi harapan bagi yang tidak punya. Kita harus konsentrasi penuh untuk membuat bumi ini tempat yang lebih baik. Segala ajaran tuhan harus digunakan sepenuhnya untuk menjawab tantangan alam. Hanya sudut pandang ini saja yang mampu menggeser bacaan harfiah yang selama ini dipraktekkan.

Bagi yang Islam, rontokkan semua tauhid, fikih, tasauf, dan semua pernik-pernik setelah kematian Muhamad. Harus kembali ke Quran seperti yang dicontohi Muhamad. Harus mempelajari ulang Quran. Memahami Quran bukan dengan grammar Arab. Quran bukan milik Arab. Hadis bukan menentukan isi Quran, namun, keaslian Hadis itu sendiri harus diadili oleh sudut pandang Quran. Jangan mudah mengklaim nama Islam sebelum berbuah Islam. Hapuskan identitas agama di KTP sumber pemecah-belah masyarakat.

Tatanegara bagaimana yang dibentuk Muhamad? Bisa diibaratkan seperti shalat berjemaah. Pemimpin hanya untuk sinkron saja. Imam sujud, makmum sujud.

Rakyat tidak perlu polisi lagi, karena sudah tahu tugas masing, masing. Bila imam joget, makmum menggantinya. Bukannya malah ikut melestarikan korupsinya si bapak. Tidak ada tapal batas negara. Karena Islam itu adalah ide. Jadi negara Islam yang diimpikan oleh para anarkis itu tidak akan pernah wujud. Karena dengan membentuk negara seperti itu sama saja membuat tembok Cina, yang isinya hanya orang bunuh diri.

Kekerasan dalam Quran menggaris bawahi bagaimana pentingnya kita memerangi benih kebejatan di otak kita. Bukan hukum Islam potong tangan, leher segala macam itu. Bayangkan, mencuri senilai sepuluh sejuta, misalnya, dipotong tangannya. Bagainamana kalau sembilan juta? Kita bisa membunuh orang, namun kita tidak akan mungkin bisa membunuh apa yang diperjuangkan orang itu, baik atau jahat. Jadi buat apa bunuh orang? Dokumen seperti Quran itu selalu berbicara tentang sosial budaya. Segala pembuktian sains hanya analogi belaka. Yang mana amat sangat sarat dengan pesan yang sangat 'do-able' dalam kehidupan kita, bukan malah dianggap bicara tentang kehebatan tuhan segala macam, atau lebih parah, hanya tuhan saja yang tahu. Kalau begitu, buat apa manusia disampaikan dokumen seperti itu? Ingat sains selalu berubah dengan ditemukannya fakta baru atau pengembangan metode. Jangan membuat agama terpisah dari sains. Mereka adalah satu, harus dicerna dengan akal. Hanya pemahaman harfiah yang menelurkan dongeng yang tidak masuk akal dan menentang sains.

Istilah hidup mati di kitab harus dimengerti sebagai fase aktif dan tidak aktif. Atau fase sebuah sebab yang menuju ke fase konsekwensi. Bukankah dari suatu konsekwensi, bisa menjadi sebab untuk konsekwensi berikutnya? Bukankah Quran mengatakan tentang siang, beganti malam, berganti siang lagi? Tentang manusia dihidupkan, dimatikan dan dihidupkan semula lagi? Bukankah kiamat itu artinya hari kebangkitan? Akhir adalah sebuah awal, begitu pula sebaliknya. Peradaban manusia itu bisa naik dan turun, biarpun itu baik atau buruk. Tergantung masyarakat itu sendiri. Bukan intervensi suci tuhan (divine intervention).

Lupakanlah ketakutan pada mati atau kiamat. Kita harus takut pada apa yang kita lakukan pada saat ini. Karena kita akan memetik buahnya pada saat ini pula. Setidaknya generasi mendatang. Sadarkah kalian, bahwa pada detik ini kita saling menciptakan monster? Kita sedang menciptakan, atau meneruskan penciptaan dan pemeliharaan masyarakat yang luar biasa bobrok. Masa depan generasi yang jelas tidak akan lebih baik dari sekarang.

Mendiskusikan masalah yang salah di waktu yang salah. Masalah presiden perempuan, pornografi, dan entah apa lagi diversi yang akan kita lakukan. Hentikan praktek gali lobang model Suharto begini. Hasilnya tidak kemana. Fokuskan diri kita pada problema fundamental yang kita hadapi sesuai dengan prioritas.

Dalam suatu suasana ideal, nilai ajaran tuhan akan benar terpakai untuk kepentingan hidup manusia, tanpa lagi perduli apa itu tuhan. Kita memang harus berjuang keras ke tingkat ideal, di mana hubungan verikal harus dilebur menjadi satu, menjadi hanya horizontal. Nilai ajaran dengan dukungan logika murni adalah kunci jawaban semua problem di dunia ini. Bukan lagi mistik, ikut-ikutan cari slamet berformalitas atau pengertian harfiah kitab yang dianggap suci. Kita semua harus bergerak maju.

1 comment:

  1. Banyak elemen tulisan ini telah di-abrogasi oleh penulis, setelah dia total murtad. Silahkan kunjungi kesaksiannya di:

    http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?f=79&t=33037

    ReplyDelete