Saturday, May 23, 2009

Islam Agamaku

Date: Wed, 5 May 1999 17:50:12 -0700 (PDT) 
From: Noer Islami

Islam Agamaku 

Islam itu ya'lu wa la yu'la - tinggi di atas yang tinggi kata Nabi Muhammad. Tapi realitas umat Islam di dunia termasuk di Indonesia, terpuruk, sangat mengkhawatirkan, menyedihkan sekaligus menggelikan. Coba kita lihat sepenjuru bumi Indonesia ini: 

Umat Islam itu identik dengan kemiskinan, jorok, bodoh, tolol, kumuh, keras kepala, cepat naik darah, copet, koruptor, teroris, cepat tersinggung, tertutup. 

Islam identik dengan acara ritual yang riuh rendah. Acara-acara yang meriah, menguras tenaga, biaya dan memekakkan telinga mulai adzan subuh sampai 'isa, jum'atan, muludan, tahlilan, hataman, puasa, lebaran syawal sampai lebaran haji. Lebih-lebih ibadah haji, yang lalu dipolitisir, yang tujuannya tak lebih dan tak kurang yaitu agar Garuda tidak bangkrut. 

Karena itu orang-orang cina enggan memilih Islam sebagai agamanya, sebab ongkos hidupnya pasti sangat mahal, lebih mahal dari acara ritual agama manapun. 

Islam itu identik dengan jampe-jampe, pelet memelet, debus, santet, tarekatan, melek pada malam lailatul qadar, pembersihan rohani ala para sufi dan segala macam mistik lainnya. 

Islam itu identik dengan suara merdu si minah yang bahenol yang pipinya merah ranum ketika sedang membaca Al Qur'an, dengan suaranya mendayu-dayu, kadang melengking-lengking, mendesah-desah, naik turun berlagu. Malah bisa baca berdua sama si Ipah, duet katanya, bertiga sama si Atun, trio katanya, pakai nada 1, 2 dan 3. Diiringi dengan ketimplingan, lalu dangdutan, suatu saat mungkin lagunya berubah jadi nge "rap" yang nyanyi gaya ngebacot tidak karuan. Pemerintah pun tak mau ketinggalan menyokongnya, dengan MTQ-nya yang terkenal itu, padahal itu jauh lebih porno dari adegan bugil apapun…...si ipah yang baca Qur'an, si Dul yang ngaceng burungnya. Itu adalah ibadah, semakin banyak membaca, semakin banyak pahala, walau tidak mengetahui artinya (kok bisa ?). 

Islam itu identik dengan pergunjingan antara istri muda dan istri tua yang suka berantem memperebutkan waktu ditiduri dan dikeloni oleh suami. Beristri lebih dari satu itu sah-sah saja, walau niatnya cuma lembur (lempengin burung), harta, pangkat dan jabatan. Libido orang Islam tinggi. 

Islam itu penuh dengan keajaiban dan mukjizat. 

*** Nabi Adam itu adalah manusia pertama, dibuat dari tanah liat, karena kalau Allah berkehendak, maka jadilah dia. Manusia disini diartikan makhluk yang kerjanya makan, minum, modol, kawin dan berburu hewan, membunuh dll. (kerbau saja lebih mulia, kalau yang disebut manusia itu seperti begini. Tak perlu firman Allah!). Sehingga ketika Darwin mencetuskan teori evolusinya, serentak umat Islam sedunia menentangnya (tapi baru-baru ini ada orang Mesir yang mengatakan bahwa Adam bukan manusia pertama dan banyak pula yang menentang). 

*** Nabi Isa itu adalah secara biologis, bukan secara politis atau keilmuan, adalah putera Maryam, siperawan yang lemah gemulai. Seorang anak yang ber"Bapak" Tuhan jelmaan Saul of Tarsus itu di usia bayi saja sudah bisa nyerocos ngomong membela ibunya yang dicaci-maki orang-orang yahudi. Yang mampu menyembuhkan orang yang sakit kulit, menghidupkan orang mati …..ajaib sungguh ajaib dibandingkan adegan sulap siapapun. David Copperfield pasti tidak laku lagi bila terjadi pada masa sekarang. Itu adalah mukjizat dan itu harus di-imani (dipercaya), karena kalau dipikirkan tak bakal kesampaian. (malas mikir kali?). 

*** Nabi Sulaiman itu bisa bicara dengan binatang, bisa bercakap dengan ayam, semut, kancil, sapi, kerbau, babi, itik dan burung hud-hud. Ini lebih jenaka dari cerita paling jenaka apapun!!. Coba bayangkan, seandainya raja Pajajaran masih ada dan menceritakan kepada umat Islam bahwa Gajah Mada berantem dengan Hayam Wuruk, maka yang tergambar dipikiran umat Islam pasti perkelahian antara hewan yang sangat tidak lajim….sungguh jenaka. 

Islam identik dengan pergambaran yang salah kaprah dan menyesatkan. Tuhan digambarkan bak seorang laki-laki perkasa, yang bisa bernafas, melihat dan mendengar.Tak bisa dibayangkan bila Tuhan itu batuk atau berak. Malaikat digambarkan bagai seorang laki-laki bersayap dengan ikat putih yang melingkar dikepala yang bisa terbang hilir mudik antara bumi dan ufukil a'la dengan kecepatan gerak 600 dimensi. Iblis atau setan gambarkan sebagai makhluk yang menyeramkan dengan gigi taringnya yang muncul keluar, malah diakhir zaman akan muncul lagi yang paling menyeramkan lagi, siapa lagi kalau bukan dzajal. Ini lebih seru dari cerita Hans Christian Andersen!!. Penggambaran demikian selain salah kaprah juga menyesatkan. Orang science biasanya menggambarkan sesuatu itu lebih rasional seperti internet digambarkan kaya awan, air dilambarngkan H2O dll. 

Akhirnya, Islam itu identik dengan enaknya Dancow yang diseruput oleh ulama tolol didepan kamera televisi, yang kerjanya mengejar-ngejar cewek muda dan menjilati dubur penguasa dan berceramah gaya Zainudin MZ, seperti tukang-tukang sihir di zaman Fir'aun, yang membuat orang terkesima … memikat hati, lalu tak sadarkan diri (mesti dibayar lagi). Kenyataan hidup umat Islam tidak sesuai dengan statement Nabi Muhammad di atas !!!! 

Kalau begini apa yang tinggi?? Nyosor saja sudah untung. Tentu ada yang salah!!!. Mungkin otak dengkul orang Islam ini cuma sampai ke perut dan dibawah perut, yang menjadi ukuran adalah enak dan tidak enak, sorga itu enak dan neraka itu tidak. Ataukah Alqur'annya sendiri secara makna telah diselewengkan, diaduk-aduk dan diperkosa. Perlu kajian yang mendalam mengenai Islam dan ini adalah pekerjaan besar kawan! 

Noer Islami 


From: kapal_kertas 
Date: Sat, 22 May 1999 10:56:12 PDT 

Menarik sekali tantangan yang disampaikan oleh Noer Islami dalam kekecewaannya dalam melihat Islam yang ada sekarang, terutama di Indonesia. Kita bisa melihat Islam sekarang kalau lagi anteng, namanya baik. Namun, setelah mereka belajar lebih jauh, mereka akan dicap ekstrimis, teroris dan lain sebagainya. Di luar Islam, tentu nama Islam itu sendiri sudah membuat orang jadi alergi. Islam adalah agama kekacauan, pembentuk negara anarki, maunya punya bom atom. Sejauh ini mungkin kita gagal mengerti kenapa ini bisa terjadi karena 2 sebab: sudut pandang pemahaman dan tatabahasa bahasa Quran. 

Mengenai tatabahasa, saya tidak ahli, namun saya cukup terkejut dengan membaca beberapa terjemahan yang cukup bertentangan tajam. Contohnya Al-Baqarah 106, ini mengenai konsistensinya ajaran tuhan. Namun umumnya terjemahan yang beredar di Indonesia malah menekankan adanya pembatalan ajaran yang lama, bisa saja termasuk yang dibawa nabi sebelumnya. Dan ini telah dijadikan mesiu untuk gagasan ayat-ayat yang membatalkan dan yang dibatalkan. Bayangkan, dalam 1 kitab, kalau perlu, 1 surah, bisa ada ayat yang dianggap saling membatalkan. Ini benar-benar kekacauan tatabahasa. 

Singkatnya perlu diteliti kembali apakah bisa Quran dibaca dengan tatabahasa Arab? Beberapa peneliti sempat menyimpulkan bahwa Quran bukan dari bahasa Arab. Bahasa serumpun dengan bahasa Arab, itu mungkin. Belajar bahasa Arab untuk mempelajari Quran memang membantu, paling tidak ejaan dan arti katanya miriplah. Namun untuk susunan kalimat, mungkin tidak. Sepertinya Quran banyak juga memakai kata yang bukan berasal dari tatabahasa Arab. 

Dengan keterbatasan ini, saya terpaksa membatasi diskusi saya hanya dengan logika. Setahu saya Quran itu hanya untuk orang yang tahu dan mau. Tahu artinya mengerti dengan akal, lantas ada kemauan untuk meniti kehidupan dengan pengetahuan tersebut. 

Umumnya agama manapun di dunia, bila melihat agama lainnya, akan melihatnya dengan logika murni, walau bisa saja bias dengan ajarannya masing-masing. Namun bila melihat ke agamanya sendiri, logika jarang digunakan. Yang biasa dipakai adalah percaya, atau yakin. 

Memang sulit untuk menggunakan logika, terlalu banyak peristiwa yang digambarkan di Quran hanya bisa diyakini itu benar terjadi, secara harfiah kalau perlu. Untuk mencapai nilai keyakinan ini tidak mudah. Apatah lagi bila sudah dicapai, sukar dibayangkan bila logika akan bisa digunakan lagi. Mestinya seseorang tidak berhak yakin kalau tidak bisa membuktikan keyakinannya dengan logika. Bukannya malah memisahkan logika dengan keyakinan yang justru melahirkan mistik. 

Saya ingin berkesimpulan bahwa sudut pandang yang ada sekarang adalah mempelajari tuhan. Logikanya dengan mengenal tuhan, maka kita dapat mengenal ajaran itu. Namun, harus kita sadari, logika tentu tidak mampu mendefinisikan tuhan. Karena kita terperangkap dengan sudut pandang ini, maka ada kecenderungan kita melihat tuhan seperti manusia. Kasarnya memanusiakan tuhan. Jadi, tuhan bisa marah, senang, menghukum, melihat, berbicara dan lain sebagainya. Ini tidak ada bedanya dengan Nyi Roro Kidul yang butuh sesaji atau dewa-dewa Yunani lainnya. Alangkah kejam dan tidak adilnya tuhan bila ia mengizinkan semua yang terjadi di dunia ini. Saya ingin menguji gagasan, dimana sudut pandang kita mestinya adalah 'ajaran tuhan', bukan 'tuhan' itu sendiri. Jadi bukan tuhan lagi yang kita jadikan objek studi, namun ajaran itu yang perlu kita pelajari. Contohnya kita mau belajar matematika, kita tentu tidak perlu mempelajari siapa yang mengajari, tapi mempelajari matematika itu sendiri. 

Maka, Rukun Iman bila didefinisi ulang dengan menggunakan sudut pandang ini, akan menjadi: ajaran tuhan disampaikan oleh Jibril, didokumentasikan menjadi Quran, dibuktikan oleh Muhamad untuk menjelaskan kepastian alam. Anda ingat ada yang mengatakan mendekati kiamat, Quran sudah tidak ada tulisannya lagi? Ini mudah saja diartikan: menjelang akhir effektifitas ajaran tuhan ini, manusia suadah tidak bisa lagi memahami pesan yang dibawa Quran. 

Dalam kehidupannya, manusia akan mendapat tantangan. Sedihnya bukannya mereka mencarinya di buku manual kehidupan semacam Quran, namun mereka malah belajar dari alam, si pemberi tantangan. Mana bisa kita mencari jawaban dari pertanyaan? Kita perlu pembimbing. Tuhan adalah pencetus segala ide. Dengan ajarannya, maka kita seharusnya mampu menyelesaikan segala macam masalah di dunia ini. 

Contoh kasar, hukum alam mengatakan yang kuat menang (Darwin, Charles: survival of the fittest). Quran tentu tidak seperti itu, malah sebaliknya, yaitu: yang kuat harus menolong yang lemah. Hasil hukum alam bisa kita lihat misalnya di dunia kapitalis: terjadi persaingan antar individu. Di konsep komunis, tidak ada bedanya, yaitu: pertentangan atar kelas, si lemah proletar harus bisa melawan si kuat borjuis, persenjatai petani kalau perlu. Lihat, apa hasilnya kalau belajar dari alam. 

Saya jadi tertarik untuk menjelaskan gambaran yang ada di Quran tentang kejadian manusia. Di situ kasarnya digambarkan bahwa tuhan dalam proses penciptaan manusia, bertanya pada malaikat dan setan. Pada tingkat logika tertentu dengan sudut pandang yang umum, sudah sulit membayangkan si tuhan, sang pencipta semesta berada di dalam semesta itu sendiri (super-set tidak bisa sekaligus sub-set). Ini belum lagi melihat 'ketidakmampuannya' dengan bertanya kepada ciptaannya sendiri untuk mengambil keputusan. 

Dengan sudut pandang yang saya tawarkan, kejadian di atas bisa sebenarnya dijadikan pembuktian bahwa: ajaran tuhan mendefinisikan manusia sebagai mahluk yang bisa memilih ajaran tuhan yang baik yang disampaikan oleh malaikat atau ajaran tuhan yang buruk yang disampaikan oleh setan. Dengan kata lain: Quran mengajarkan segala ide, baik itu posiif maupun negatif, dengan segala konsekwensinya, seperti yang dibuktikan oleh Muhamad. 

Lihat, kata Adam berarti: tanah, bumi. Untuk para 'saintis' mereka pikir: wah hebat sekali Quran sudah tahu dari dulu bahwa komposisi tubuh manusia ditemukan di tanah dan lain sebagainya. Pembuktian semacam ini tidak lain hanya akan menambah kepongahan Islam, arogansi intelektual, merasa lebih canggih. Tanah, bumi, artinya: manusia, 'rumah'-nya ya di bumi ini. Kalau bumi ini rumah kita, maka kita punya kewajiban merawatnya, tidak melakukan perusakan ekologi dan yang jauh lebih penting, penggunaan sumber daya alam. Ingat, sebelum kenyang harus berhenti, karena kita tidak akan tahu kapan kita akan kenyang. Ini bukan masalah makan, tapi adalah penguasaan sumberdaya alam: ruang dan waktu. Jadi tidak mungkin ini ajaran rasis. 

Ajaran tuhan itu ajaran pemersatu, dalam arti sangat universal, seperti apa yang dijelaskan oleh Al-Iklas 1. Orang ber-KTP non Islam melakukan nilai positif menurut Quran jelas lebih berharga dari orang yang ber-KTP Islam, namun tidak berbuat apa-apa, atau yang lebih buruk, berkelakuan negatif. Si non Islam itu lebih berhak menyandang nama Islam. Apa nyana, sekarang kalau bapak saya Islam, ya saya Islam, padahal bukan mau saya dilahirkan jadi apa. Lihat, dengan penjelasan di atas, tidak dipermasalahkan lagi kalau manusia itu dari monyet. Karena Adam bukan lagi manusia pertama. Namun, manusia pertama yang mampu memimpin umatnya membentuk kehidupan indah bagai taman (syurga) dengan ajaran tuhan. Jadi Quran selalu bisa dibuktikan dengan perkembangan penemuan fakta arkeologi. Tidak perlu ngotot atau gengsi kalau kita memang dari monyet. Mungkin memang suadah ada yang hitam di afrika, dan putih, merah, kuning di tempat lain, tidak jadi soal. 

Sebelum berakhir, saya jadi ingat situasi menggelikan para jemaah haji yang melempari setan dengan batu jumrah. Bukankah mereka mestinya mencoba melempar ajaran si setan yang telah membatu dari kepala mereka? Bukannya melempari setan yang sedang joget di depan mereka. Tidak sedikit yang kembali haji hanya untuk memperbaiki status sosialnya saja. Supaya korupsinya bisa lebih mulus. Mereka 'lupa' membuang budaya buruk korupsi mereka. 

Sukar buat saya untuk berhenti di sini. Saya sangat tertarik untuk menyajikan banyak buah yang bisa kita petik dengan memahami sudut pandang ini. Saya sangat mengharapkan respons. Tolong bantu tenggelamkan kapal kertas saya ini. Saya ingin membuktikan dengan segenap kemampuan befikir saya agar kapal saya tetap bisa terapung walau dengan lemparan batu logika para netter. 

3 comments:

  1. Banyak elemen tulisan ini telah di-abrogasi oleh penulis, setelah dia total murtad. Silahkan kunjungi kesaksiannya di:

    http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/viewtopic.php?f=79&t=33037

    ReplyDelete
  2. Tulisan di atas merupakan artikel yang sangat bodoh yang ditulis oleh orang dungu pengagum si Paul...pengikut tuhan bercawat yang ajarannya disebarkan dengan penjajahan..

    ReplyDelete